Lanjutan,.......
Jika dalam mulutmu ada garam, maka juice manis apa pun yang kau minum akan tetap terasa asin. Pertama keluarkan garam itu dan bersihkan mulutmu, maka engkau akan dapat merasakan manisnya. Jika garam sudah tidak ada, engkau dapat menikmati sepenuhnya kelezatan juice yang kau minum. Demikian pula halnya jika engkau dapat menyingkirkan sifat-sifat buruk yang ada pada dirimu seperti kebencian, kemarahan, kecemburuan, kecongkakan, keserakahan, dan keakuan, maka engkau akan dapat merasakan manisnya belas kasihan, manisnya pengorbanan, manisnya kedermawanan, manisnya kesetiakawanan, dan manisnya cinta Tuhan.
Pertama-tama berusahalah memahami apa sebenarnya arti pengabdian sejati. Bhakti atau pengabdian artinya cinta kepada Tuhan. Bhakti terdiri dari kata Bha yang berarti Bhagawan, Tuhan, dan akti berarti anurakti 'cinta'. Jika kedua hal ini, cinta dan Tuhan digabung, engkau mendapatkan pengabdian sejati, sebagaimana makna kata bhakti. Bila engkau menanam pengabdian, engkau mengembangkan kemampuan untuk berkorban. Engkau berkembang dalam cinta kasih. Kemudian segala yang engkau butuhkan akan diberikan kepadamu. Cinta kasih adalah nafas kehidupan manusia. Tanpa kasih engkau tidak dapat hidup. Sesungguhnya, engkau memberikan cinta kasih hanya kepada sang atma, dirimu sendiri, bukan pada orang lain. Tetapi cinta suci kepada Yang Esa ini dibelokkan kepada raga. Di mana-mana di dunia ini kita temukan penyakit bawaroga, yaitu penyakit menyamakan diri dengan badan jasmani.
Sebagian besar pengalaman yang kau hadapi dalam hidup ini lebih merupakan wujud penyakit daripada wujud kebahagiaan. Misalnya penyakit kelaparan, makananlah obat penyakit itu. Bila engkau memberikan makan sebagai obat lapar maka penyakit itu akan lenyap. Engkau menganggap makan adalah suatu kenikmatan, tetapi sebenarnya adalah obat. Engkau memasak bermacam-macam makanan yang enak dan beranggapan bahwa rasanya memberi kenikmatan, tetapi itu tidak benar. Kadang-kadang obat diberikan dalam bentuk campuran yang mengandung sesuatu yang enak supaya rasanya manis. Demikian pula untuk penyakit lapar engkau mendapat campuran bermacam-macam makanan, tetapi sesungguhnya makanan apa pun juga adalah obat belaka.
Rasa haus juga penyakit. Bila engkau merasa haus engkau minum air yang dingin, maka penyakit itu sembuh. Demikian pula enam musuh manusia, nafsu amarah, iri hati, kecemburuan, egoisme, kebencian, dan keserakahan, semuanya adalah penyakit. Ada perbuatan-perbuatan yang berfungsi sebagai obat. Berpikir bahwa engkau menikmati bermacam-macam kesenangan adalah keliru, sebenarnya engkau mengidap berbagai penyakit. Sebelum engkau menyadari bahwa penghuni badan adalah Tuhan, engkau akan terus menderita penyakit-penyakit ini dan merana.
Segala kegiatan rohani (seperti menyanyikan bhajan dan melakukan japa) dapat dilakukan hanya dengan bantuan badan. Semua pendidikan yang telah kau peroleh, kau dapatkan dengan bantuan badan. Sifat-sifat Tuhan yang agung dan luar biasa kau pelajari melalui jasa badan. Dengan menjadikan badan sebagai dasar, engkau harus berusaha melihat Tuhan di dalamnya. Jangan terus beranggapan bahwa Tuhan ada di alam yang lain. Ia ada dalam badan kita sendiri. Dosa tidak berada di suatu alam yang jauh, hal itu tergantung pada perbuatan yang kau lakukan dengan badanmu. Baik kebajikan maupun kebatilan merupakan hasil perbuatan yang kau lakukan dengan bantuan badan. Engkau harus mencari terus menerus, berusahalah sungguh-sungguh, menemukan Tuhan dalam badanmu sendiri.
Kata orang, "Carilah, carilah dan hal itu akan kau temukan." Jika engkau mencari Dia dalam badanmu dengan kesungguhan hati, engkau pasti akan menemukan-Nya. Jika engkau mencari sesuatu dalam ruangan yang penuh barang, hanya dengan kesungguhan engkau akan dapat menemukan barang yang kau cari. Tanpa berusaha mencari barang itu tidak akan pernah kau temukan. Hanya bila engkau mengetuk pintu, pemilik rumah akan membukanya. Ibumu pun baru akan menghidangkan makan kalau engkau minta. Karena itu, engkau harus meminta dan terus meminta, ketuk pintu dan ketuklah terus, kejar dan kejar terus, cari dan carilah terus.
Barangkali engkau merasa telah lama mengetuk pintu tetapi tidak ada yang membukanya. Lihatlah apakah pintu itu benar yang kau maksudkan? Apakah engkau mengetuk pintu kebebasan atau pintu keterikatan? Apakah engkau mengetuk pintu kediaman Tuhan atau pintu tempat setan? Siapakah yang kau datangi? Kepada siapakah engkau berlindung? Apakah engkau minta kepada Yang Maha Pemurah dan Maha Pengampun yang datang dalam wujud manusia dan memberikan hidupnya sebagai contoh panutan? Apakah engkau minta kepada ibu alam semesta? Apakah engkau minta makanan dari Dia ataukah engkau minta makanan dari setan?
Barangkali engkau memandang Tuhan, tetapi engkau tidak memohon ketuhanan itu sendiri. Tentu engkau memanjatkan doa kepada Tuhan, tetapi yang kau mohon adalah barang-barang yang sepele dan hal yang bersifat duniawi. Engkau menghadapi pohon yang mengabulkan segala keinginan dan engkau hanya minta bubuk kopi yang tidak berarti. Engkau harus memohon pohon itu agar menganugerahi engkau prinsip adikodrati yang akan memenuhi dirimu dengan kebahagiaan abadi selama-lamanya.
Engkau harus senantiasa menambah dan meningkatkan bhaktimu dengan keyakinan bahwa Tuhan ada dalam badanmu sendiri. Jika engkau ingin mencari dan menemui Tuhan yang ada dalam dirimu, engkau harus mengarahkan pandanganmu ke dalam batin. Bagaimana engkau harus merindukan Tuhan? Engkau harus menangis seperti anak sapi memanggili induknya yang telah meninggalkannya bersama kawanan sapi lain. Engkau harus meratap seperti wanita setia yang kehilangan suami dan menangis sedih karena berpisah. Engkau harus menjerit memohon kepada Tuhan seperti suami istri yang tidak punya anak memohon dengan sangat agar dikaruniai anak. Begitulah sebaiknya engkau berdoa kepada Tuhan, penuh kasih serta pengabdian dan rindu ingin menghayati keberadaan-Nya dalam dirimu.
Tetapi sekarang kebanyakan doamu penuh dengan kata-kata yang muluk tanpa perasaan. Dalam benakmu ada sesuatu dan pada bibirmu ada sesuatu yang lain. Hanya bila engkau menyelaraskan gagasan dalam pikiranmu dengan perkataanmu, maka perkataanmu akan menjadi doa dan membawa hasil. Dan hanya bila engkau menerapkan doa itu dalam pengamalan nyata, ia akan menjadi ibadah. Bila engkau mencapai satunya pikiran, perkataan, dan perbuatan, maka engkau menjadi seorang mahatma, 'jiwa yang agung'.
Engkau harus mawas diri apakah engkau mengikuti jalan satunya pikiran, perkataan, dan perbuatan ini. Jika engkau memeriksa dirimu sendiri dengan jujur, engkau akan mengakui bahwa hampir selalu ketiga unsur itu mengikuti arah yang berbeda, tidak ada kesatuan. Kalau pikiran lain, kata-kata lain, dan perbuatan lain pula, maka engkau memiliki sifat-sifat orang jahat atau duratma, bukan sifat-sifat seorang mahatma. Ketidakserasian seperti itu akan merugikan engkau dan menjauhkan engkau dari Tuhan.
Apa pun juga pikiranmu, hal itu akan menimbulkan hasil yang setimpal. Besar kecilnya kue tergantung pada banyak sedikitnya tepung. Rasa yang tertinggal di mulut tergantung pada hidangan yang baru saja engkau makan. Begitu pula apa yang kau rasakan dalam hati akan tercermin pada caramu berbicara dan berperilaku. Pertama kali engkau harus berusaha menyucikan perasaanmu. Engkau harus menyucikan cinta kasihmu. Untuk melakukan itu engkau harus mengembangkan kshama 'kesabaran', yaitu ketawakalan dan pengendalian diri dalam segala situasi, sehingga memberikan kebaikan bagi semua bahkan pada mereka yang mungkin ingin mencelakakan dirimu. Tidak ada yang lebih tinggi daripada sifat kesabaran ini. Kesabaran sama dengan kebenaran, kesabaran adalah inti kebajikan, kesabaran adalah sari pati Weda, kesabaran adalah tanpa kekerasan yang diamalkan, kesabaran adalah kepuasan batin, kesabaran adalah belas kasihan, sesungguhnya kesabaran adalah segala-galanya. Hanya bila engkau membina kesabaran dan ketawakalan engkau akan dapat mencapai Tuhan.
note: ntar lanjut lagi......
Jika dalam mulutmu ada garam, maka juice manis apa pun yang kau minum akan tetap terasa asin. Pertama keluarkan garam itu dan bersihkan mulutmu, maka engkau akan dapat merasakan manisnya. Jika garam sudah tidak ada, engkau dapat menikmati sepenuhnya kelezatan juice yang kau minum. Demikian pula halnya jika engkau dapat menyingkirkan sifat-sifat buruk yang ada pada dirimu seperti kebencian, kemarahan, kecemburuan, kecongkakan, keserakahan, dan keakuan, maka engkau akan dapat merasakan manisnya belas kasihan, manisnya pengorbanan, manisnya kedermawanan, manisnya kesetiakawanan, dan manisnya cinta Tuhan.
Pertama-tama berusahalah memahami apa sebenarnya arti pengabdian sejati. Bhakti atau pengabdian artinya cinta kepada Tuhan. Bhakti terdiri dari kata Bha yang berarti Bhagawan, Tuhan, dan akti berarti anurakti 'cinta'. Jika kedua hal ini, cinta dan Tuhan digabung, engkau mendapatkan pengabdian sejati, sebagaimana makna kata bhakti. Bila engkau menanam pengabdian, engkau mengembangkan kemampuan untuk berkorban. Engkau berkembang dalam cinta kasih. Kemudian segala yang engkau butuhkan akan diberikan kepadamu. Cinta kasih adalah nafas kehidupan manusia. Tanpa kasih engkau tidak dapat hidup. Sesungguhnya, engkau memberikan cinta kasih hanya kepada sang atma, dirimu sendiri, bukan pada orang lain. Tetapi cinta suci kepada Yang Esa ini dibelokkan kepada raga. Di mana-mana di dunia ini kita temukan penyakit bawaroga, yaitu penyakit menyamakan diri dengan badan jasmani.
Sebagian besar pengalaman yang kau hadapi dalam hidup ini lebih merupakan wujud penyakit daripada wujud kebahagiaan. Misalnya penyakit kelaparan, makananlah obat penyakit itu. Bila engkau memberikan makan sebagai obat lapar maka penyakit itu akan lenyap. Engkau menganggap makan adalah suatu kenikmatan, tetapi sebenarnya adalah obat. Engkau memasak bermacam-macam makanan yang enak dan beranggapan bahwa rasanya memberi kenikmatan, tetapi itu tidak benar. Kadang-kadang obat diberikan dalam bentuk campuran yang mengandung sesuatu yang enak supaya rasanya manis. Demikian pula untuk penyakit lapar engkau mendapat campuran bermacam-macam makanan, tetapi sesungguhnya makanan apa pun juga adalah obat belaka.
Rasa haus juga penyakit. Bila engkau merasa haus engkau minum air yang dingin, maka penyakit itu sembuh. Demikian pula enam musuh manusia, nafsu amarah, iri hati, kecemburuan, egoisme, kebencian, dan keserakahan, semuanya adalah penyakit. Ada perbuatan-perbuatan yang berfungsi sebagai obat. Berpikir bahwa engkau menikmati bermacam-macam kesenangan adalah keliru, sebenarnya engkau mengidap berbagai penyakit. Sebelum engkau menyadari bahwa penghuni badan adalah Tuhan, engkau akan terus menderita penyakit-penyakit ini dan merana.
Segala kegiatan rohani (seperti menyanyikan bhajan dan melakukan japa) dapat dilakukan hanya dengan bantuan badan. Semua pendidikan yang telah kau peroleh, kau dapatkan dengan bantuan badan. Sifat-sifat Tuhan yang agung dan luar biasa kau pelajari melalui jasa badan. Dengan menjadikan badan sebagai dasar, engkau harus berusaha melihat Tuhan di dalamnya. Jangan terus beranggapan bahwa Tuhan ada di alam yang lain. Ia ada dalam badan kita sendiri. Dosa tidak berada di suatu alam yang jauh, hal itu tergantung pada perbuatan yang kau lakukan dengan badanmu. Baik kebajikan maupun kebatilan merupakan hasil perbuatan yang kau lakukan dengan bantuan badan. Engkau harus mencari terus menerus, berusahalah sungguh-sungguh, menemukan Tuhan dalam badanmu sendiri.
Kata orang, "Carilah, carilah dan hal itu akan kau temukan." Jika engkau mencari Dia dalam badanmu dengan kesungguhan hati, engkau pasti akan menemukan-Nya. Jika engkau mencari sesuatu dalam ruangan yang penuh barang, hanya dengan kesungguhan engkau akan dapat menemukan barang yang kau cari. Tanpa berusaha mencari barang itu tidak akan pernah kau temukan. Hanya bila engkau mengetuk pintu, pemilik rumah akan membukanya. Ibumu pun baru akan menghidangkan makan kalau engkau minta. Karena itu, engkau harus meminta dan terus meminta, ketuk pintu dan ketuklah terus, kejar dan kejar terus, cari dan carilah terus.
Barangkali engkau merasa telah lama mengetuk pintu tetapi tidak ada yang membukanya. Lihatlah apakah pintu itu benar yang kau maksudkan? Apakah engkau mengetuk pintu kebebasan atau pintu keterikatan? Apakah engkau mengetuk pintu kediaman Tuhan atau pintu tempat setan? Siapakah yang kau datangi? Kepada siapakah engkau berlindung? Apakah engkau minta kepada Yang Maha Pemurah dan Maha Pengampun yang datang dalam wujud manusia dan memberikan hidupnya sebagai contoh panutan? Apakah engkau minta kepada ibu alam semesta? Apakah engkau minta makanan dari Dia ataukah engkau minta makanan dari setan?
Barangkali engkau memandang Tuhan, tetapi engkau tidak memohon ketuhanan itu sendiri. Tentu engkau memanjatkan doa kepada Tuhan, tetapi yang kau mohon adalah barang-barang yang sepele dan hal yang bersifat duniawi. Engkau menghadapi pohon yang mengabulkan segala keinginan dan engkau hanya minta bubuk kopi yang tidak berarti. Engkau harus memohon pohon itu agar menganugerahi engkau prinsip adikodrati yang akan memenuhi dirimu dengan kebahagiaan abadi selama-lamanya.
Engkau harus senantiasa menambah dan meningkatkan bhaktimu dengan keyakinan bahwa Tuhan ada dalam badanmu sendiri. Jika engkau ingin mencari dan menemui Tuhan yang ada dalam dirimu, engkau harus mengarahkan pandanganmu ke dalam batin. Bagaimana engkau harus merindukan Tuhan? Engkau harus menangis seperti anak sapi memanggili induknya yang telah meninggalkannya bersama kawanan sapi lain. Engkau harus meratap seperti wanita setia yang kehilangan suami dan menangis sedih karena berpisah. Engkau harus menjerit memohon kepada Tuhan seperti suami istri yang tidak punya anak memohon dengan sangat agar dikaruniai anak. Begitulah sebaiknya engkau berdoa kepada Tuhan, penuh kasih serta pengabdian dan rindu ingin menghayati keberadaan-Nya dalam dirimu.
Tetapi sekarang kebanyakan doamu penuh dengan kata-kata yang muluk tanpa perasaan. Dalam benakmu ada sesuatu dan pada bibirmu ada sesuatu yang lain. Hanya bila engkau menyelaraskan gagasan dalam pikiranmu dengan perkataanmu, maka perkataanmu akan menjadi doa dan membawa hasil. Dan hanya bila engkau menerapkan doa itu dalam pengamalan nyata, ia akan menjadi ibadah. Bila engkau mencapai satunya pikiran, perkataan, dan perbuatan, maka engkau menjadi seorang mahatma, 'jiwa yang agung'.
Engkau harus mawas diri apakah engkau mengikuti jalan satunya pikiran, perkataan, dan perbuatan ini. Jika engkau memeriksa dirimu sendiri dengan jujur, engkau akan mengakui bahwa hampir selalu ketiga unsur itu mengikuti arah yang berbeda, tidak ada kesatuan. Kalau pikiran lain, kata-kata lain, dan perbuatan lain pula, maka engkau memiliki sifat-sifat orang jahat atau duratma, bukan sifat-sifat seorang mahatma. Ketidakserasian seperti itu akan merugikan engkau dan menjauhkan engkau dari Tuhan.
Apa pun juga pikiranmu, hal itu akan menimbulkan hasil yang setimpal. Besar kecilnya kue tergantung pada banyak sedikitnya tepung. Rasa yang tertinggal di mulut tergantung pada hidangan yang baru saja engkau makan. Begitu pula apa yang kau rasakan dalam hati akan tercermin pada caramu berbicara dan berperilaku. Pertama kali engkau harus berusaha menyucikan perasaanmu. Engkau harus menyucikan cinta kasihmu. Untuk melakukan itu engkau harus mengembangkan kshama 'kesabaran', yaitu ketawakalan dan pengendalian diri dalam segala situasi, sehingga memberikan kebaikan bagi semua bahkan pada mereka yang mungkin ingin mencelakakan dirimu. Tidak ada yang lebih tinggi daripada sifat kesabaran ini. Kesabaran sama dengan kebenaran, kesabaran adalah inti kebajikan, kesabaran adalah sari pati Weda, kesabaran adalah tanpa kekerasan yang diamalkan, kesabaran adalah kepuasan batin, kesabaran adalah belas kasihan, sesungguhnya kesabaran adalah segala-galanya. Hanya bila engkau membina kesabaran dan ketawakalan engkau akan dapat mencapai Tuhan.
note: ntar lanjut lagi......