Tiopan1990
IndoForum Newbie E
- No. Urut
- 282834
- Sejak
- 28 Mar 2014
- Pesan
- 63
- Nilai reaksi
- 0
- Poin
- 6
seorang lelaki tua terduduk sendiri di simpang sepi
tubuhnya mematung membeku detik-detik pagi
menyimpan dingin embun-embun tiang besi
lampu merah, kuning, hijau
terus berganti
orang-orang masih bergelut mimpi
di kamar-kamar yang menyelipkan lemari besi
pada sudut-sudut tersembunyi diawasi cctv
memerdekakan diri, memanjakan hati
lelaki tua itu pernah membingkai cita-cita
membangun tangga sejahtera untuk keluarga
berbahagia di dunia, sejati di surga
mencatat euphoria masa ke masa
receh itukah suara riangnya
menahan loncatan kosa kata-kata
berhamburan dari jendela mobil
tak jua terbuka
deru knalpot memekakkan
rasa merdeka entah di mana
seorang lelaki tua terduduk sendiri di simpang hati
do’anya seakan habis kehilangan cahaya matahari
mengarahkan sepanjang perjalanan menuju Tuhan
di sinilah ia bertahan
menghirup debu jalanan
hujan kehilangan pesan
2013
Langit Menangis
langit menangis, sigumbang meradang
rumah-rumah dan jiwa-jiwa berpeluk lumpur
langit menangis, sikodon-kodon, paropo, silalahi
hampir kehilangan segala tondi, kehilangan nyali
sejak kelam malam, hingga sunyi pagi
langit menangis, bukan menangisi para pengungsi
yang mengais ke dataran yang lebih tinggi
menyusuri rumah-rumah setelah air surut
menuju silalahi
menuju sikodon-kodon.
langit menangis, sederas tangis si bawang merah
segelisah mas dan nila
(ketika itu aku entah berumah dimana)
2013
Tanita Liasna
Menanti di Ujung Waktu
semu mengucur jeri dari dua mata
entah sampai mana mengalir perih ngakar sampai pada dua selaput luka terbakar
sekini debu dan asap menyisamati, sembah-sembah lupa ngakak, menjatuh pada ingatan
langit berbentang merah jambu
desir bola kata lepas, hambur di udara
matahari lembab kuliti cahaya
semua rabun tak terlihat, yang menanti di ujung waktu
tubuhnya mematung membeku detik-detik pagi
menyimpan dingin embun-embun tiang besi
lampu merah, kuning, hijau
terus berganti
orang-orang masih bergelut mimpi
di kamar-kamar yang menyelipkan lemari besi
pada sudut-sudut tersembunyi diawasi cctv
memerdekakan diri, memanjakan hati
lelaki tua itu pernah membingkai cita-cita
membangun tangga sejahtera untuk keluarga
berbahagia di dunia, sejati di surga
mencatat euphoria masa ke masa
receh itukah suara riangnya
menahan loncatan kosa kata-kata
berhamburan dari jendela mobil
tak jua terbuka
deru knalpot memekakkan
rasa merdeka entah di mana
seorang lelaki tua terduduk sendiri di simpang hati
do’anya seakan habis kehilangan cahaya matahari
mengarahkan sepanjang perjalanan menuju Tuhan
di sinilah ia bertahan
menghirup debu jalanan
hujan kehilangan pesan
2013
Langit Menangis
langit menangis, sigumbang meradang
rumah-rumah dan jiwa-jiwa berpeluk lumpur
langit menangis, sikodon-kodon, paropo, silalahi
hampir kehilangan segala tondi, kehilangan nyali
sejak kelam malam, hingga sunyi pagi
langit menangis, bukan menangisi para pengungsi
yang mengais ke dataran yang lebih tinggi
menyusuri rumah-rumah setelah air surut
menuju silalahi
menuju sikodon-kodon.
langit menangis, sederas tangis si bawang merah
segelisah mas dan nila
(ketika itu aku entah berumah dimana)
2013
Tanita Liasna
Menanti di Ujung Waktu
semu mengucur jeri dari dua mata
entah sampai mana mengalir perih ngakar sampai pada dua selaput luka terbakar
sekini debu dan asap menyisamati, sembah-sembah lupa ngakak, menjatuh pada ingatan
langit berbentang merah jambu
desir bola kata lepas, hambur di udara
matahari lembab kuliti cahaya
semua rabun tak terlihat, yang menanti di ujung waktu
Terakhir disunting oleh moderator: